ngurus account speedy ke plasa telkom.
Lepas dari kantor hati gembira ria.
Sayangnya ada sedikit noda. Taksi yang aku naiki ternyata pak supirnya
gak ramah. Masa baru naik, terus terciptalah pembicaraan berikut:
Aku: Pak, plasa telkom yg di supomo tau gak?
Supir: nggak tuh.
(Berhubung nama taksi ini ctkup terkenal karena supirnya rata-rata
udah senior, aku terusin pertanyaan basa-basinya)
Aku: baru ya pak? (Maksudnya bawa taksi)
Supir: ya nggak lah, tapi masa ngapalin telkom, kalo hotel gede tuh
saya tau semua
Gubrak!
Aku terbengong-bengong denger jawaban si bapak supir. Wong nanya
baik-baik kok dia jawabnya rada nyolot gitu.
Jadilah karena bete, alih-alih ngajak ngomong si supir, seperti
biasanya, aku memilih sibuk dengan hpku.
Tiba ditujuan, aku gak punya uang pas (seharusnya 16rb, tapi aku kasih
50-an. Si supir, lagi-lagi dengan gaya nyebelin, menyatakan gak ada
kembalian dan minta aku untuk nukerin uang.
Daripada berkepanjangan, aku minta aja kembalian seadanya.
Sebelum turun, aku sempet ngomong supaya dia bisa lebih sopan. Bonus
buat si supir, kubanting pintunya dengan sekuat tenaga (saking emosi)
hehehe...
Pelajaran berharga yg bisa kuambil, beruntung bapak itu jadi supir
taksi. Kalan dia jadi penjaga toko pastinya orang gak mau balik
membeli di tokonya.
Pelajaran kedua, orang sangat peduli terhadap kualitas dan service.
Jadi aku gak boleh menyepelekan pelanggan.
Jakarta, 15 apr '08
No comments:
Post a Comment