Wednesday, May 30, 2007

(I've choose) Never stop to learn

Saya belajar,
bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya.
saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cintai..

Saya belajar,
bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun
kepercayaan dan hanya
beberapa detik saja untuk menghancurkannya. ...

Saya belajar,
bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan
banyak hal dan kami
selalu
memiliki waktu terbaik...

Saya belajar,
bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat,
justru adalah orang
yang membangkitkan semangat hidup saya kembali serta
orang yang begitu
perhatian pada saya...

Saya belajar,
bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh walau
dipisahkan oleh jarak
yang jauh, Beberapa diantaranya melahirkan cinta
sejati....

Saya belajar,
bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian
seperti yang saya inginkan,
bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya....

Saya belajar,
bahwa sebaik-baiknya pasangan itu,
mereka pasti pernah melukai perasaan saya....
dan untuk itu saya harus memaafkannya. ..

Saya belajar,
bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri dan
orang lain...
kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah
terus-menerus. ..

Saya belajar,
bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya,
tapi saya harus
bertanggung jawab untuk apa yang saya telah
akukan..

Saya belajar
bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda,
tapi kadang dari sudut pandang yang berbeda...

Saya belajar,
bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki
tapi yang penting adalah siapa saya ini
sebenarnya.. .

Saya belajar,
bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di
dunia ini,
semua butuh proses dan pertumbuhan, kecuali saya
ingin sakit hati...

Saya belajar
bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan
emosi atau sikap dan
emosi itu yang menguasi diri saya...

Saya belajar,
bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan
berarti saya harus benci
dan berlaku bengis....

Saya belajar,
bahwa kata-kata manis tanpa tindakan adalah saat
perpisahan dengan orang
yang saya cintai...

Saya belajar,*
*bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering
diambil segera dari
kehidupan saya...

Saya belajar,
bahwa saya harus belajar dari kesalahan yang pernah
saya lakukan dan hidup
untuk masa depan, bukan terus-menerus melihat ke
masa lampau..

Saya belajar,
bahwa cinta itu memberi dan mengerti tanpa harus
diberi dan dimengerti..

Saya belajar,
bahwa apa yang kita inginkan tidak selalu sesuai
dengan apa yang kita
butuhkan, dan kita harus berlapang dada
menerimanya. .

Saya belajar,
bahwa keluarga saya adalah harta terbesar yang saya
punya..

Saya belajar,
bahwa dengan berterima kasih pada Yang Maha Kuasa,
maka Ia akan memberi rahmat lebih banyak lagi..

Saya belajar,
bahwa saya harus tidak boleh berhenti belajar... *

(by Eman Putra)

Wednesday, May 02, 2007

Full House - Korean Dorama

Ini serial drama korea pertama yang gw liat. Seruuu abisss, dan karenanya gw jadi addicted sama korean dorama :)
Ceritanya tentang Han Ji-eun (Song Hye-kyo) yang hidup sebatang kara di rumah peninggalan orang tuanya. Karena rumah tersebut memiliki makna khusus, oleh ayah si Ji-eun rumah tersebut diberi nama "Full House".

Alkisah dua temannya yang culas suatu hari berbohong dengan mengatakan Han Ji-eun dapat hadiah wisata exclusive ke LN (China) dengan akomodasi yang super, ditunjukkan juga bukti tiket pesawatnya aja kelas 1 gitu loh...
Dengan rada bingung si Han Ji-eun akhirnya terpaksa pergi juga. Nah di pesawat inilah si Han Ji-eun pertama kali ketemu dengan Lee Young-jae (Rain), seorang aktor yang sedang naik daun.
It wasn't a great impress for Young-jae about
Han Ji-eun, karena dia kena muntahan Ji-eun bo!! (maklum pertama kali naek pesawat n makannya rakus banget hehehe).

Nah, kisah baru dimulai tatkala Han Ji-eun menyadari ternyata dia dibohongin. Di China, bukannya hotel mewah plus jalan-jalan n makan enak, doi malah kesusahan. Untung aja ada Yu Min-heok (Kim Sung-su) yang nolong doi, sehingga minimal ada tempat buat tidur lahhh... (walo makan n jalan-jalannya tetep aja susah).
Dengan nama Min-heok inilah, akhirnya si
Han Ji-eun bisa pinjem duit ke Young-jae buat balik ke Korea (ngaku-ngaku punya kisah di masa lalu sama si Min-heok hahaha).

Setiba kembali di Korea, Han Ji-eun bingung banget... Ternyata rumahnya dah dijual sama temen-temennya yang nakal itu ke Lee Young-jae. Wak waaaawww... sia-sia tinggal di rumah itu sambil nyari tau kemana kaburnya temen-temennya, akhirnya Han Ji-eun diusir keluar.

Karena keukeuh gak mau pergi, siang malem tetep bertahan di teras "Full House", besoknya dia sakit. Dengan terpaksa Young-jae mengurus Han Ji-eun n akhirnya lewat beberapa trik, Young-jae malah mempekerjakan Han Ji-eun sebagai pembantunya. (Han Ji-eun sih mau-mau aja, yang penting punya tempat tinggal n makan gratis.

Awalnya hubungan
Han Ji-eun dan Lee Young-jae bener-bener kaya Tuan dan hamba. Si Young-jae enak aja nyuruh Han Ji-eun begini-begitu. Tapiii..lama-kelamaan Young-jae n Ji-eun jadi saling care. Termasuk waktu Young-jae curhat masalah Gang Hye-won (Han Eun-jun), temen kecil (yang ditaksirnya). - That's why Ji-eun tau diri banget gak mau terlalu nunjukin kalo dia suka sama Young-jae.

Someday ada satu party mereka berempat dateng semua. Di acara tersebut, si Young-jae jelas-jelas ditolak sama Hye-won. Karena harga dirinya, akhirnya Young-jae malah mendeklarasikan ke publik kalo dia lagi in a relationship sama Ji-eun.

Sejak saat itu, akhirnya Ji-eun dan Young-jae terikat satu kawain kontrak, dimana salah satu kondisi yang ditawarin ama Young-jae, Ji-eun bakal dapetin rumahnya kembali setelah 6 bulan kawin kontrak tersebut.

Begituuu..beginiiii... lama-lama keduanya saling suka, tapi sama-sama egois dan jaim buat nunjukinnya.
Salah satu adegan-adegan yang gw sukain adalah saat mereka sering nongkrong ngeliatin laut di belakang "Full House". Indaahhhh..banget...


Lewat beberapa kisah, kayaknya pemandangan itu yang bikin mereka jadi satu, walau banyak cobaan yang mendera karena akhirnya kisah cinta mereka berkembang jadi cinta segi-empat..tapi full house juga yang mendamaikan mereka.

Akhirnya, setelah mereka saling menyadari perasaan masing-masing, Ji-eun dan Young-jae bisa bersatu juga...
Hhhh.. what a happy ending story :)

Manusia Wajib

Manusia menurut motivasinya bekerja:

1. Org yg bekerja demi uang ini biasanya orang-orang yg free survive, orang yg kondisinya masih pas-pasan.

Karakter orang ini biasanya dia akan melakukan apa saja utk memenuhi kebutuhannya. dan kalau dia sudah melakukan pekerjaannya kemudian tidak mendapat "haknya" maka dia akan marah bahkan gak segan sampai adu jotos.

Org seperti ini diistilahkan sebagai manusia perut karena yg dilakukan tujuannya hanya sebatas utk memenuhi kebutuhan perut (pejabat yang menghalalkan segala cara utk mendapatkan sesuatu seperti korupsi dan sebagainya bisa masuk dalam kategori ini hehehe).

2. Orang yang sudah survive

Orang yang masuk golongan ini sudah lumayan. Urusan uang gak terlalu pusing lagi, dia sudah mulai bisa menabung dan memiliki dana pendidikan dan kesehatan.

3. Orang yang professional

Kalau sudah dalam tingkatan ini, orang sudah tidak lagi mengejar-ngejar uang, tapi sebaliknya, uang yang mengejar dia.

Biasanya teman-teman yang expert dalam bidang tertentu sudah merasakan hal seperti ini, istilahnya sudah menjadi simatupang (siang malam tunggu panggilan) dan ujung-ujungnya dapat duit:)

4. Manusia hati

Jika seseorang sudah sampai tingkatan ini, uang bukan menjadi tujuan. Saat bekerja mau dibayar ataupun tidak, bukan lagi menjadi masalah.

5. Manusia bermakna

Manusia jenis ini dalam melakukan sesuatu tidak lagi berfikir apa yg akan dia dapatkan tetapi bagaimana dia bisa memberi manfaat untuk masyarakat dan lingkungannya. Walaupun tidak mendapat apa-apa, orang yang masuk golongan manusia bermakna ini tidak segan untuk berbagi ilmu, pengalaman bahkan uangnya.

Cak Nun mengistilahkan manusia bermakna ini dengan sebutan manusia wajib. maksudnya, kita merasa perlu

ada orang ini dan merasa sangat kehilangan ketika orang ini tidak ada.


Kita berada dimana???
Mudah-mudahan bukan termasuk manusia perut.

Imam Ali RA. salah seorang cendekiawan muslim mengatakan, kalau dalam kepala kita yg terpikir hanya urusan perut, maka derajat kita tidak lebih tinggi dari yg ada didalam perut.

(Disadur dan di edit dari postingan Hasbi Qasim – Milis Tangan di Atas)

ANTARA BURUNG, CACING DAN MANUSIA

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan
materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing. Kita lihat burung
tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang
sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan.

Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa
membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup buat
keluarganya, sementara ia harus "puasa". Bahkan seringkali ia pulang tanpa
membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus
"berpuasa".

Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak
punya "kantor" yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot
manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang
berusaha untuk bunuh diri.

Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan
kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang
tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada
burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita
lihat burung tetap optimis akan rejeki yang dijanjikan Allah SWT.

Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan
merdunya. Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu
waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu
kelebihan dan dilain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain
waktu kelaparan.

Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu
cacing.

Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang
layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan,
tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi
ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia
mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati.

Tapi kita lihat , dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus
asa dan frustasi untuk mencari rejeki . Tidak pernah kita menyaksikan
cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.

Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau
cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih
canggih.

Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah
dari burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh
diri menghadapi kesulitan yang dihadapi ? padahal rasa-rasanya belum pernah
kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa.

Sumber : Tidak Diketahui